Rabu, 20 Mei 2009

TEORI-TEORI YANG MENGAWALI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK

TEORI-TEORI YANG MENGAWALI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK

Psikologi Aliran Behavioristik mulai mengalami perkembangandengan lahirnya teori-teori tentang belajar yang di pelopori oleh Thorndike yang terkenal dengan teori “connectionism” nya, Pavlov dengan teori “Classical Cinditioning” nya, Watson dengan teori “behaviorisme”nya, dan teori “Operan Conditioning” dari skinner. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar. Obyek psikologi adalah tingkah laku yang di amati dan dibuat diskripsinya.

1.Teori Belajar Thomdik (1874-1949).

Teori belajar Thorndike di sebut “connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula di sebut “trial-and error learning”. Individu yang belajar melakukan kegian melalui proses “trial-and-error”dalam rangka memilih respon yang tepatbagi stimulus tertentu.

Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang antaralain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Objek penelitian di hadapkan pada situasi baru yang belum dikenal dan membiarka objek melakukan berbagai aktivitas untuk merespon situasi.

Dalam melakukan Eksperimennya pilihan pertamanya mengadakan penyelidikan terhadap penyelidikan terhadap anank-anak (human learning) tetapi kemudian lingannya membuat ia mempelajari binatang (animal learning) sebagai penggantinya. Pengamatan terhadap cara kehidupan Thorndike, memberikan beberapa pedoman tentang teori apa yang di harapkan dari padanya. Teorinya merupakan kumpulan prinsip baik mayor maupun minor, secara relatif. Didalam uraian berikut akan terdapat beberapa hokum yang di peroleh dari penelitiannya.

Pecobaan yang dilakukan terhadap ayam adalah sebagai berikut;

Ayam di tempatkan pada sebuah kotak dengan jalan yang berliku-liku. Kotak itu mempunyai dua pintu keluar, yang satu kearah kotak yang lain, yang tertutup dan yang satu lagi menuju ke tempat makanan. Sedangkan percobaan yang lain pada kucing tugasnya lebih kompleks. Satu dinding kotak akan terbuka dan memberi jal;an keluar dan masuk ke tempat untuk mendapatkan makanan, bila satu tombol atau beberapa dinding itu di dorong. Dengan percobaan yang dilakukan berkali-kali barulah ayam ayam dan kucing itu mendapatkan makanan setelah menemukan jalan ke arah makanan tersebut. Asumsinya bahwa di perlukan waktu untuk melihat usha kucing keluar dari kotak sebagaimana di gambarkan dengan rata-rata “coba-coba”.

Thordike ingin mengetahui apakah kegiatan semacam itu di pengaruhi oleh ide ataukah karena seseorang mengetahui proses hubungan dengan cara membentuk hubungan antara satu situasi dengan kegiatan tertentu. Dia berpendapat bahwa usaha coba-coba berulang kali dilakukan mengakibatkan adanya hubungan antara corak dari situasi masalah dengan respon tertentu yang dibuatnya.

Berdasarkan penelitian disertasi doktornya, Thorndike menyimpulkan beberapa prinsip dan hukum-hukum yang dapat mengikhtisarkan proses belajar. Thorndike menyebutkan tiga hukum utamanya itu dengan nama: Hukum latihan, hokum pengruh dan hokum kesiagaan. Sedangkan hukum minor tersebut adalah multiple respon atau reaksi yang berbeda-beda: set atau sikap, artial actifity, assimilation atau analogi serta assosiative shifting.

Ada beberapa aturan yang di buat oleh Thorndike berkenaan denga pengajaran;

  1. Perhatikan situasi murit.
  2. Perhatikan respon apa yang di harapkan dari situasi tersebut.
  3. Ciptakan hubunga respon tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi dengan sendirinya.
  4. Situasi-situasui lain yang sama jangan di indahkan sekiranya dapat memutukan hubungan tersebut.
  5. Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan-hubungan yang sejenis.
  6. Buat hubungan tersebut sedemikian rupa sehigga dapat perbuatan nyata.
  7. Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat di gunakan dalam kehidupan sehari-hari

Kesimpulan

Thorndike telah mengemukakan hukum-hukum dalam teori belajarnya melalui eksperimen yang longitudinal yakni stiap hasil eksperimennya yang baru digunakan untuk mengoreksi hasil eksperimennya yang terdahulu. Perhatian utamanya terletak pada situasi yang ada untuk mendapatka respon-respon. Sedangkan individu, khususnya dalam hal motivasi di abaikan.

Teori belajar Thorndike ini lebih cocok pada pendidika keterampilan pravokasional.

2. Teori Belajar Ivan Pavlov (1849-1936).

Teori ini menghasilkan teori belajar yang disebut “Classical Conditioning” atau “Stimulus Substitution”. Teori Pavlov berkembang dari percobaan labolatoris terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimuli bersyarat shingga terjadi reaksi bersyart pada anjing.

Percobaan dilanjutkan dengan pura-pura memberi makan melalui botol-botol kecil yang di masukkan dan di letakkan di samping mulut anjing tersebut. Setelah di perhatikan ternyata anjing sebagai binatang percobaan selalu mengeluarkan air liurnya sebelum makanan di letakkan dekat moncongnya dan pura-pura mulai makan. Anjing tersebut bertindak seperi itu jika ada makanan dan atau sekalipun tidak diberi makanan (pura-pura memberi makanan). Dari percobaannya tersebut kemudian Pavlov menyimpulkan bahwa hampir semua organisme perilakunya terjadi secara refleks dan di batasi oleh rangsangan yang sederhana. Pavlov menamakan refleks-refleks ini sebagai refleks tidak bersyarat, atau unconditioned reflexes.

Teori belajar classical conditioning kadang-kadang disebut juga respont conditioning atau Pavlovian Conditioning, merupakan teori belajar katagori Stimulus-Respon (S-R).

Dalam percobaannya Pavlov menggunakan anjing. Stimulus berkondisi (CS) adalah berdering. Stimulus tak berkondisi (US) adalah pemberian makanan. Sedangkan respon berkondisi (CR) dan respon tak berkondisi (UR) adalah keluar air liur anjing. Proses percobaannya dapat di jelaskan sebagai berikut; Stimulus berkondisi dalam hal ini bel di bunyikan, setelah itu dalam waktu yang singkat segera di berikan stimulus berpasangan.

Konsep lain dari classical conditioning adalah stimulus generalisasi dan diskriminasi. Dalam hal ini Pavlov menyatakan bahwa respon berkondisi timbul terhadap stimulus yang tidak berpasangan atau tidak di pasangkan dengan stimulus tak berkondisi. Ini berarti ada semacam kecenderungan untuk menggeneralisasikan respon berkondisi terhadap stimulus lain apabila dalam beberapa hal memiliki kesamaan dengan stimulus berkondisi atau asli. Makin tinggi tingkat kesamaannya semakin tinggi pula generalisasinya.

Aliran ini mengutamakan perilaku atau perubahan tingkah laku organisme melalui hubungan stimulus-respon (SSS-R). dengan demikian belajar hendaknya mengkondisi stimulus agar bisa menimbulkan respon. Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terus menerus yang timbul sebagai akibat sebagai persyaratan kondisi. Sifatnya adalah membentuk hubungan antara stimulus dangan respon. Ini berarti belejar perubahan tingkah laku tidak bisa di pisahkan. Setiap perubahan adalah belajar, dan sebaliknya setip belajar adalah perubahan. Ini berate belajar dan perubahan tingkah laku tidak dapat di pisahkan.

Seperti telah di jelaskan di atas bahwa Pavlov mengutamakan refleks berkondisi yang kemudian sampai kepada rangsangan berkondisi dan respon berkondisi. Hal ini menunjukkan bahwa belajar menurut teori Pavlov atau classicalconditioning mengutamakan proses dari pada hasilnya.

Kesimpulan

Teori belajar classical conditioning mengimplikasikan pentingnya mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan dan perlakuan stimulus jauh lebih penting dari pada pada pngontrolan respon. Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) dari pada motivasi internal.

3. Teori Belajar Skinner.

Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Ia membagi respon atau tingkah laku menjadi dua jenis, yaitu;

(1) respondent response (reflexive response), yaitu respon yang di timbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.

(2) Operant response (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.

Menurut Skinner, tingkah laku sepenuhnya di tentukan oleh stimulus. Tingkah laku atau respon (R) tertentu akan timbul sebagai reaksi sebagai stimulus tertentu (S). respon yang di maksud skinner adalah respon berkondisi yang di kenal dengan respon operant (tingkah laku operant). Sedangkan stimulusnya adalah stimulus operant.

Menurut skinner belajar adalah perubahan dalam perilaku yang dapat di amati dalam kondisi control secara baik. Ada tiga syarat terjadinya interaksi antara organisme dan lingkungannya; ketiga syarat tersebut adalah; (1) saat respon terjadi, (2) respon itu sendiri, (3) konsekuensi penguatan respon.

Menurut Skinner tujuan utama dari penelitian adalah mengkonkonstruksi teori. Skinner memusatkan perhatiannya untuk meramalkan perilaku organisme berdasarkan kejadian eksternal yang tidak tergantung pada apa yang di ketahui di dalam organisme. Sebagai contoh;

Apabila kita memberi makan seekor burung yang lapar yang di sertai cahaya maka cahaya adalah Conditioned Reinforcement. Bila seorang siswa sedang giat-giat belajar lalu guru melemparkan senyum tanda bangga dan memujinya, maka senyum guru akan menimbulkan kekuatan pada diri siswa untuk belajar lebih giat lagi. Senyum guru tersebut adalah reinfors yang di atur atau di kondisikan.

Stimulus dan hubungannya dengan respons menjadi pusat penelitian skinner. Hubungan dari stimuli yang di berikan dapat di gambarkan jika stimuli di manipulasikan dan diobservasi sehingga terjadi perubahan perilaku organisme.

kesimpulan

Skinner mengemukakan dua tipe tentang belajar yaitu;

a. Classical conditioning Pavlov (tipe S). tipe ini di kenal adanya elicitng stimuli. Disini di utamakan apa yang di lakukan terhadap oraganisme untuk menimbulkan perubahan tingkah lakunnya.

b. Operant conditioning (tipe R) yang di tandai oleh keadaannya eliciting stimuli dan tingkah laku di control oleh efeknya atau pengaruh-pengaruhnya terhadap lingkungan. Conditioning tipe R meliputi adanya reinforcement stimuli setelah adanya respon.

Skinner mengemukakan adnya hubungan antara penguat (reinforcement) dengan tingkah laku. Ia juga mengemukakan konsep extinction dari penguat yaitu proses bila operant yang telah terbentuk tidak mendapat reinforcement lagi, dapat menyebabkanmenurunnya frekuensi dan intensitas tingkah laku. Menurut pendapatnya hal yang paling baik ialah menyusun kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya penguatan yang positif.

Adapun perbedaan-perbedaan diantara tiga tokoh teori belajar di atas, antara lain;

a. Teori Pavlov melakuka n percobaannya dengan menggunakan percobaan labolatoris terhadap anjing. Sedangkan Skinner melakukan percobaannya terhadap tikus-tikus dalam sangkar dengan tujuan untuk memperkuat respon, kemudian Thorndike melakukan percobaannya dengan mengadakan penyelidika terhadap anak-anak, tetapi kemudian lingkungannya membuat ia mulai mempelajari binatang.

b. Thorndike menyatakan bahwa perhatian utamanya terletak pada situasi yang ada untuk mendapatkan respon-respon, sedangkan individu khususnya dalam hal motivasi diabaikan. Pavlov menyatakan bahwa pentingnya kondisi stimulus agar terjadi respond an proses belajar lebih mengutamakan factor lingkungan dari pada motivasi. Skinner menyatakan bahwa ada dua tipe tentang belajar yaitu Classical conditioning Pavlov (tipe S) dan Operant conditioning (tipe R) yang meliputi adanya reinforcement stimuli setelah adanya respon.

DAFTAR PUSTAKA

Soemanto Wasty, Psikologi Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta; 1990-1998

Sujana, Nana, Teori Belajar Untuk Pengajaran, Penerbit; Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta; 1991

Tadjab,MA, Ilmu Jiwa Pendidikan, Penerbit; Karya Abditama, Surabaya; 1994

Samuel Soetioe, Psikologi Pendidikan, Lembaga Penerbit: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta; 1982

Tidak ada komentar:

Posting Komentar